foto ilustrasi
Di balik berita yang setiap hari kita baca, ada sosok jurnalis yang bekerja tanpa kenal waktu. Mereka berlari mengejar narasumber, menulis di tengah malam, dan terkadang menghadapi bahaya di lapangan. Namun, di balik dedikasi itu, mereka juga manusia biasa—punya keluarga untuk di nafkahi
“Banyak orang pikir jurnalis itu hidupnya enak, bisa ketemu tokoh penting dan jalan-jalan. Padahal, kami sering pulang larut malam, bahkan tak jarang tanpa uang transport,” ungkap Lina Wulandari, jurnalis media lokal di Semarang. Ia mengaku, penghasilan dari pekerjaannya belum selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Fenomena ini bukan hal baru di dunia jurnalisme Indonesia.
Di sejumlah daerah, jurnalis masih bekerja dengan honor rendah dan tanpa jaminan sosial. Kondisi itu membuat sebagian di antara mereka harus mencari pekerjaan tambahan demi menopang kehidupan keluarga. Meski begitu, semangat untuk menyajikan berita berkualitas tak pernah padam.
Menurut Aliansi Jurnalis Independen (AJI), kesejahteraan jurnalis merupakan hal yang harus menjadi perhatian serius. “Kebebasan pers tidak akan berarti tanpa kesejahteraan pekerjanya,” ujar seorang perwakilan AJI. Mereka menekankan pentingnya standar gaji minimum dan perlindungan kerja bagi jurnalis di seluruh Indonesia.
Meski menghadapi banyak tantangan, para jurnalis tetap menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Mereka menulis bukan hanya karena profesi, tetapi juga karena panggilan hati—menyampaikan kebenaran kepada publik. Dan di antara semua itu, mereka tetap memikirkan keluarga di rumah, yang menunggu dengan harap dan doa.
“Berita yang kami tulis mungkin hanya dibaca beberapa menit oleh publik. Tapi di baliknya, ada pengorbanan waktu, tenaga, dan cinta,” kata Lina menutup perbincangan dengan senyum.
1 November 2025**)

FOLLOW THE ZONABUSER.ID | BERITA TERKINI HARI INI AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow ZONABUSER.ID | BERITA TERKINI HARI INI on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram