Facebook yang awalnya dimaksudkan sebagai ruang berbagi informasi dan silaturahmi, kini perlahan bergeser menjadi panggung pencarian perhatian. Foto-foto vulgar, komentar provokatif, dan konten yang menonjolkan sensualitas seakan menjadi “jalan pintas” menuju popularitas instan.
“Like dan followers kini dianggap segalanya, bahkan harga diri bisa dikorbankan demi sorotan,” ujar seorang pemerhati sosial di Soppeng dengan nada prihatin.
Fenomena ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat mulai kehilangan batas antara kebebasan dan kebablasan. Tak sedikit pengguna yang memanfaatkan unggahan vulgar untuk mendulang interaksi, bahkan menghasilkan uang dari konten sensasional. Ironisnya, di sisi lain, banyak anak muda yang meniru tanpa memahami dampaknya terhadap citra diri dan nilai moral.
Pihak redaksi Zonabuser.id menilai, media sosial saat ini telah menjadi cermin wajah masyarakat digital: semakin banyak yang rela menampilkan sisi pribadi demi perhatian, tanpa menyadari bahwa sekali sesuatu diunggah ke internet, jejaknya tak akan hilang.
“Pedasnya kehidupan digital bukan karena teknologi, tapi karena manusia yang lupa malu. Ketika rasa malu hilang, moral pun ikut turun,” tulis redaksi dalam catatan tajamnya.
Masyarakat diimbau untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan orang tua juga diharapkan aktif menanamkan literasi digital dan etika bermedia agar ruang publik maya tetap sehat, beradab, dan mencerminkan nilai-nilai bangsa.
Zonabuser.id menegaskan, kebebasan berekspresi bukan berarti bebas tanpa batas. Dunia digital memerlukan tanggung jawab moral agar tidak menjadi tempat di mana nilai-nilai kemanusiaan terkikis demi popularitas semu.

FOLLOW THE ZONABUSER.ID | BERITA TERKINI HARI INI AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow ZONABUSER.ID | BERITA TERKINI HARI INI on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram