Pemerintah, sebagai pengemban amanah rakyat, sering kali menjadi objek kritik. Namun sesungguhnya, kritik bukanlah bentuk permusuhan. Ia adalah cermin yang memantulkan realitas—kadang buram, kadang jernih—namun tetap memberi pesan bahwa masih ada yang perlu diperbaiki.
Kritik sejatinya lahir dari kepedulian. Tanpa kritik, ruang evaluasi menjadi sempit; tanpa keberanian menyampaikan pendapat, kebijakan publik berisiko kehilangan arah. Karena itu, pengkritik dan yang dikritik sejatinya adalah dua sisi dari satu mata uang — saling melengkapi dalam upaya memperbaiki tata kelola kehidupan bersama.
Sayangnya, di lapangan, sering terjadi salah tafsir. Kritik dianggap serangan, sementara pengkritik diposisikan sebagai lawan. Padahal, dalam masyarakat yang dewasa secara demokrasi, kritik justru menjadi vitamin bagi kemajuan. Pemerintah yang terbuka terhadap kritik akan semakin matang, sementara masyarakat yang berani menyuarakan pendapat dengan santun akan memperkuat fondasi partisipasi publik.
Harmoni antara pengkritik dan yang dikritik hanya bisa terwujud bila kedua belah pihak sama-sama berjiwa besar. Pengkritik perlu menyampaikan pandangannya dengan data dan etika, bukan emosi dan fitnah. Sedangkan pihak yang dikritik perlu membuka diri, mendengar, dan menjadikan kritik sebagai bahan introspeksi, bukan bahan permusuhan.
Akhirnya, dalam cermin kritik, kita tidak sedang saling menjatuhkan, melainkan saling menuntun. Sebab, bangsa yang besar adalah bangsa yang mau mendengar, belajar, dan berbenah dari kritik.

FOLLOW THE ZONABUSER.ID | BERITA TERKINI HARI INI AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow ZONABUSER.ID | BERITA TERKINI HARI INI on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram