Sebuah percakapan menarik mencuat dalam salah satu grup WhatsApp masyarakat, menyoroti masalah pendataan bantuan sosial (bansos) yang dinilai kurang tepat sasaran. Keluhan bermula dari kasus seorang warga yang dicabut bantuannya hanya karena memiliki sepeda motor, padahal motor tersebut dibeli dengan sistem cicilan dan digunakan sehari-hari untuk mengojek demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Dalam diskusi itu, warga menilai keputusan mencabut bantuan hanya berdasarkan keberadaan motor sebagai aset sama sekali tidak menggambarkan kondisi ekonomi penerimanya. Motor tersebut bukanlah simbol kemewahan, tetapi alat kerja. Justru tanpa kendaraan itu, ia tidak bisa mencari nafkah.
Selain itu, masyarakat menyampaikan bahwa penghasilan seorang ojek sama sekali tidak tetap. Ada hari ramai, ada hari sepi, bahkan sering kali penghasilan harian tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Maka keputusan mencoret penerima bansos tanpa melihat kondisi nyata dianggap sangat merugikan dan tidak adil.
Para warga menegaskan bahwa proses pendataan bansos seharusnya dilakukan dengan lebih teliti, manusiawi, dan memahami konteks lapangan. Petugas pendata perlu memastikan bahwa data yang masuk benar-benar mencerminkan kondisi ekonomi yang sebenarnya—bukan sekadar menilai aset secara kaku tanpa melihat fungsi dan kebutuhan hidup penerima.
Kesimpulannya, kasus ini menjadi pengingat bahwa pendataan bantuan sosial harus dicermati dengan baik, agar bantuan benar-benar diberikan kepada mereka yang membutuhkan, terutama warga yang bekerja serabutan dan berpenghasilan tidak tetap.
FOLLOW THE ZONABUSER.ID | BERITA TERKINI HARI INI AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow ZONABUSER.ID | BERITA TERKINI HARI INI on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram