19 Nov 2025
https://www.zonabuser.id
Kios Pasar Sentral Takalala Terbakar, Warga Heboh — Damkar Marioriwawo Cepat Tanggap Padamkan Api
![]() |
| foto PMK Marioriwawo |
Beruntung, Petugas Pemadam Kebakaran Kecamatan Marioriwawo bergerak cepat setelah menerima laporan dari warga. Tim langsung menuju lokasi dan melakukan pemadaman untuk mencegah api merembet ke kios lainnya yang berdempetan.
Menurut keterangan warga, api awalnya terlihat dari bagian dalam kios. Kepastian penyebab kebakaran masih menunggu hasil penyelidikan dari pihak berwenang.
Petugas damkar juga mengimbau para pedagang agar lebih berhati-hati terhadap instalasi listrik dan potensi benda mudah terbakar di area pasar.
Hingga berita ini dirilis, pemadan kebakaran Marioriwawo dan dibantu PMK Liliriaja masih dilokasi melakukan penyemprotan merata sekitar kios yang terbakar, tidak ada koban jiwa .
https://www.zonabuser.id
Mengungkap Program Pemerintah Tempo Dulu Sebelum Era Media Online
Sebelum dunia mengenal media online dan arus informasi yang bergerak dalam hitungan detik, pelaksanaan program-program pemerintah berjalan dalam suasana yang sangat berbeda. Pada masa itu, pemerintah bergantung pada pola komunikasi tradisional yang mengutamakan pertemuan langsung, surat edaran, dan pengumuman resmi di ruang-ruang publik.
Di tingkat pusat hingga desa, informasi program biasanya disampaikan melalui radio pemerintah, papan pengumuman kantor desa, pengeras suara masjid, atau dibawa langsung oleh aparat yang berkeliling memberikan sosialisasi. Aparat desa dan kecamatan menjadi penghubung utama antara negara dan masyarakat, sebab akses masyarakat terhadap dokumen resmi atau pemberitaan masih sangat terbatas.
Program pembangunan seperti perbaikan irigasi, bantuan pupuk, transmigrasi, perbaikan sekolah, hingga pemberdayaan masyarakat seringkali berjalan tanpa sorotan publik. Tidak ada foto kegiatan yang beredar luas, tidak ada komentar netizen, dan tidak ada laporan cepat seperti era media daring saat ini. Publik menerima informasi secara satu arah, sehingga ruang kritik dan pengawasan masyarakat sangat minim.
Namun, kondisi tempo dulu juga memiliki sisi positif. Semangat gotong royong masih menjadi pilar utama. Banyak program pemerintah justru terlaksana dengan kuat karena keterlibatan masyarakat dalam kerja bakti, musyawarah desa, hingga swadaya pembangunan. Hubungan antara pemerintah dan warga berlangsung secara langsung tanpa perantara teknologi.
Perubahan mulai terasa ketika media cetak berkembang pesat, disusul era televisi, lalu internet. Ketika media online hadir, wajah pemerintahan berubah total. Program pemerintah kini dapat dipantau dari mana saja, setiap kegiatan terdokumentasi, dan setiap keputusan bisa dikritisi oleh publik secara terbuka. Transparansi menjadi kebutuhan, bukan pilihan.
Mengungkap kembali bagaimana program pemerintah tempo dulu dijalankan memberi gambaran betapa besar perubahan pola komunikasi pemerintahan. Dulu informasi terbatas. Kini masyarakat justru kebanjiran informasi. Dulu pengawasan minim. Kini setiap kebijakan bisa diperiksa publik dalam hitungan menit.
Perjalanan perubahan ini menunjukkan bahwa perkembangan media bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang bagaimana negara dan rakyat saling terhubung, saling mengawasi, dan membangun transparansi bersama.
Pada masa tersebut, hampir semua program strategis seperti pembangunan infrastruktur desa, bantuan pertanian, pembangunan sekolah, hingga proyek kesehatan berjalan tanpa dokumentasi publik yang memadai. Informasi yang beredar sering kali hanya bersumber dari aparat pemerintah, sementara masyarakat tidak memiliki saluran untuk melakukan verifikasi independen.
Karena tidak ada media digital yang memantau, proyek-proyek tertentu bisa berjalan tanpa sorotan, bahkan tanpa catatan yang mudah diakses saat ini. Publik hanya mengetahui apa yang disampaikan pemerintah melalui radio lokal, papan pengumuman kantor desa, atau rapat musyawarah desa yang sifatnya sangat terbatas.
Situasi ini menyebabkan ruang kritik hampir tidak ada. Kesalahan teknis, kekurangan anggaran, atau pelaksanaan program yang tidak tepat sasaran seringkali tidak diketahui masyarakat luas. Dalam beberapa kasus, laporan keberhasilan program lebih dominan daripada laporan kendala atau penyimpangan, karena tidak ada media yang menginvestigasi di lapangan sebagaimana sekarang.
Namun di balik keterbatasan itu, ada sisi lain yang justru menguat: peran masyarakat dalam kerja bakti dan gotong royong. Banyak program pemerintah tidak sepenuhnya bergantung pada anggaran negara, tetapi juga didorong oleh partisipasi warga yang menyumbang tenaga, bahan bangunan, bahkan sebagian biaya swadaya. Interaksi langsung antara aparat dan masyarakat menjadi fondasi utama terselenggaranya banyak kegiatan.
Kehadiran media online kemudian mengubah semua pola tersebut. Kini setiap program pemerintah—sekecil apapun—bisa dipantau publik, diberitakan, dikomentari, bahkan diinvestigasi oleh jurnalis dan warganet. Dokumentasi kegiatan bukan lagi pilihan, tetapi keharusan. Pemerintah dituntut transparan karena apa pun dapat menjadi sorotan publik dalam hitungan menit.
Perbandingan antara masa lalu dan masa kini menunjukkan satu hal:
dulu transparansi bergantung pada pejabat; sekarang transparansi bergantung pada publik.
Mengungkap program pemerintah tempo dulu bukan hanya menghadirkan nostalgia, tetapi juga membuka ruang refleksi bagaimana teknologi mengubah kontrol sosial. Apa yang dulu tidak terekam, kini menjadi pelajaran penting bagi generasi saat ini untuk terus menjaga akuntabilitas, membuka akses informasi, dan memastikan bahwa setiap program pemerintah berjalan untuk kepentingan masyarakat secara nyata
https://www.zonabuser.id
Karya Bakti Pembersihan Pasar Sentral Takalala, Koramil dan Warga Bergerak Bersama Jaga Kebersihan Lingkungan
Kegiatan tersebut dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekaligus mendorong masyarakat agar lebih sadar akan pentingnya menjaga kebersihan pasar sebagai pusat aktivitas ekonomi warga. Selain personel TNI, masyarakat sekitar pasar turut mengambil bagian secara aktif dalam kegiatan tersebut.
Peserta kegiatan:
- Personel Koramil 1423-05/Marioriwawo
- Masyarakat sekitar Pasar Sentral Takalala
Dalam pelaksanaannya, karya bakti difokuskan pada sejumlah sasaran utama, yaitu:
- Pembersihan sampah organik dan non-organik yang menumpuk di beberapa titik dan sepanjang area pasar dengan estimasi cakupan kegiatan sekitar 100 meter persegi.
Para personel Koramil bersama warga bekerja secara gotong royong membersihkan sisa-sisa sampah, menyingkirkan kotoran yang mengganggu kenyamanan pedagang maupun pembeli, serta merapikan area sekitar agar terlihat lebih tertib dan sehat.
Salah satu personel Koramil menyampaikan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, terutama di kawasan pasar yang setiap hari menjadi tempat aktivitas jual-beli.
Setelah berlangsung sekitar dua jam, kegiatan karya bakti selesai pada pukul 09.30 Wita dalam keadaan aman, tertib, dan lancar. Warga yang ikut terlibat mengapresiasi inisiatif ini dan berharap kegiatan serupa dapat dilakukan secara rutin.
https://www.zonabuser.id
Disorot Warga: Rehab Sekolah Beranggaran APBN di Soppeng Diduga Tidak Sesuai Spek, Instansi Berwenang Diminta Turun Audit
![]() |
| Foto salah satu temuan media pengerjaan plafon |
Dalam penelusuran lapangan yang dilakukan tim media, salah satu lokasi yang menjadi perhatian berada di wilayah Kecamatan Marioriwawo. Pada proyek rehabilitasi sekolah tersebut, media menemukan bahwa rangka plafon dipasang menggunakan campuran kayu lama dan hollow, bukan sepenuhnya material baru sebagaimana yang biasa diterapkan dalam pekerjaan rehabilitasi bangunan pendidikan dengan pagu anggaran yang cukup besar. Temuan ini mengundang tanda tanya besar terkait kesesuaian pekerjaan dengan dokumen perencanaan, termasuk Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Mandor: “Saya Kerjakan Sesuai Perintah Pelaksana Proyek”
Ketika dikonfirmasi langsung di lokasi, seorang mandor yang bekerja pada proyek tersebut membenarkan adanya penggunaan material campuran. Ia menyampaikan bahwa keputusan tersebut berasal dari instruksi pelaksana proyek.
“Saya kerjakan sesuai perintah pelaksana proyek. Kalau kayu masih bagus, tidak usah diganti,” ujarnya kepada media.
Pernyataan ini menguatkan dugaan bahwa sebagian material lama tetap dipertahankan meski proyek tersebut merupakan program rehabilitasi dengan anggaran relatif besar. Penggunaan material lama biasanya menjadi perdebatan karena berpotensi menurunkan kualitas bangunan, terutama pada fasilitas pendidikan yang seharusnya mengutamakan aspek keselamatan.
Pertanyaan Publik: Apakah Sesuai RAB?
Warga setempat mulai mempertanyakan transparansi pelaksanaan proyek, khususnya terkait spesifikasi teknis yang telah disetujui. Mereka menilai bahwa pekerjaan rehabilitasi sekolah dengan dana negara semestinya dikerjakan secara maksimal, bukan dengan pendekatan penghematan material yang dapat berdampak pada keselamatan ruang belajar.
Sejumlah tokoh masyarakat menilai perlu adanya klarifikasi resmi mengenai apakah penggunaan material bekas tersebut benar-benar tercantum dalam RAB dan telah melalui pertimbangan teknis dari konsultan perencana. Hal ini penting agar tidak terjadi penafsiran sepihak di lapangan yang dapat mengarah pada kualitas pekerjaan yang tidak sesuai standar.
Instansi Pengawas Diminta Turun Tangan
Melihat temuan lapangan dan munculnya pertanyaan publik, warga berharap instansi yang memiliki kewenangan audit turun melakukan pemeriksaan terhadap seluruh proyek rehabilitasi sekolah di Soppeng. Lembaga yang berwenang melakukan audit atas penggunaan anggaran negara antara lain:
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) – mengaudit pengelolaan keuangan negara secara menyeluruh.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) – melakukan audit internal, audit investigatif, dan audit kepatuhan.
Inspektorat Jenderal Kementerian – mengawasi proyek yang berada di bawah kementerian terkait, termasuk program Transmigrasi.
Inspektorat Daerah – memantau pelaksanaan proyek yang dikerjakan melalui kerja sama dengan pemerintah daerah.
Aparat Penegak Hukum (APH) – dapat menangani laporan bila ditemukan dugaan ketidaksesuaian atau penyimpangan.
Menurut warga, audit sangat diperlukan untuk memastikan bahwa setiap langkah pelaksanaan proyek telah mengikuti aturan teknis dan administrasi, serta tidak menimbulkan risiko kualitas bangunan di kemudian hari.
Harapan Masyarakat Soppeng
Warga setempat berharap agar melalui mekanisme audit yang dilakukan oleh lembaga-lembaga resmi tersebut, pemerintah dapat memastikan bahwa setiap penggunaan anggaran negara berjalan sesuai aturan, transparan, serta dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Mereka menilai bahwa fasilitas pendidikan adalah bangunan yang menyangkut keselamatan generasi muda. Karena itu, setiap pekerjaan yang menggunakan anggaran negara harus dilaksanakan secara maksimal, sesuai standar, dan tidak boleh mengabaikan kualitas.
Dengan berapa kali terbit berita tersebut tim media telah melakukan upaya konfirmasi pelaksana proyek untuk minta penjelasan langsung bukan dari mandor saja, namun sampai hari ini belum berhasil temui yang bersangkutan
https://www.zonabuser.id
IWO Aceh Resmi Dilantik, Ketum Dwi Christianto Tegaskan Target Besar: IWO Harus Jadi Konstituen Dewan Pers
Pelantikan dilakukan langsung oleh Ketua Umum IWO, Dwi Christianto, yang pada kesempatan ini melantik PW IWO Aceh serta sejumlah Pengurus Daerah, mulai dari IWO Aceh Selatan, Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Kota Subulussalam, Pidie, Pidie Jaya, hingga Aceh Timur.
Acara tersebut turut disaksikan puluhan tokoh penting Aceh, mulai dari perwakilan Wakil Gubernur, jajaran akademisi, hingga unsur pimpinan TNI/Polri.
Kehadiran Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Murthalamuddin, S.Pd., M.S.P., yang mewakili Wakil Gubernur Aceh, menjadi bukti kuatnya dukungan pemerintah. Ia menyampaikan harapan agar IWO terus menjadi garda terdepan dalam penyajian informasi yang benar, akurat, dan berdampak bagi masyarakat.
IWO “Tancap Gas”: Target Konstituen Dewan Pers
Dalam sambutannya, Ketua Umum IWO Dwi Christianto menegaskan bahwa pelantikan ini bukan sekadar seremoni, melainkan awal dari komitmen besar organisasi.
“Ini bukan sekadar pelantikan, ini adalah komitmen! Visi besar kita adalah menjadi Konstituen Dewan Pers. Untuk itu, saya tegaskan, seluruh pengurus harus didorong mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) sebagai syarat resmi,” tegas Dwi, disambut aplaus hadirin.
Dwi menyampaikan bahwa IWO di seluruh Indonesia harus memperkuat soliditas internal dan menjalankan tata kelola sesuai standar profesional. Ia menegaskan bahwa UKW adalah pintu utama menuju legitimasi resmi di Dewan Pers.
Sekjen IWO: Profesionalisme Tak Bisa Ditawar
Sekretaris Jenderal IWO, Lia Nathalia, memperkuat pesan Ketum dengan menekankan bahwa organisasi media harus memiliki tata kelola yang sehat dan adaptif.
“Organisasi ini hanya bisa maju kalau kita punya tata kelola yang kuat dan budaya kerja yang rapi. Kuncinya agar IWO bisa melompat lebih jauh adalah setiap anggota harus siap berubah, siap belajar, dan siap meningkatkan kapasitas,” ujarnya.
Lia menekankan bahwa profesionalisme bukan datang dengan sendirinya, tetapi lahir dari proses, pelatihan, dan peningkatan kompetensi yang berkelanjutan.
Ketua IWO Aceh: Siap Jalankan Amanah
Ketua IWO Aceh terpilih, Chairan Manggeng, menutup acara dengan penuh optimisme.
“Amanah ini akan saya jalankan sebaik-baiknya demi kemajuan IWO Aceh dan profesionalisme jurnalis digital di Aceh,” pungkasnya.
Dengan pelantikan ini, IWO Aceh resmi memulai agenda besar untuk memperkuat organisasi, meningkatkan kualitas wartawan digital, dan mempercepat proses menuju status sebagai Konstituen Dewan Pers.
https://www.zonabuser.id
"Di Balik Anggaran Rp 5 Miliar, Mengapa Plafon Gedung Lapatau Terus Ambruk?”
Gedung ini sebelumnya direhabilitasi melalui Proyek Rehabilitasi Gedung Pertemuan Watansoppeng tahun 2023, yang dikerjakan oleh CV Ilyas Berdikari dengan total nilai kontrak Rp 5.137.167.000 berdasarkan Kontrak Nomor: 01/SP/P4BG/PUPR-CK/1/2023. Dengan anggaran sebesar itu, publik semestinya mendapatkan bangunan yang kokoh, aman, dan memenuhi standar konstruksi.
Namun, fakta di lapangan menunjukkan hal sebaliknya. Ambruknya plafon untuk kali ketiga mempertegas adanya persoalan serius dalam mutu pengerjaan. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan besar mengenai efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh pihak konsultan maupun instansi teknis yang bertanggung jawab.
Sejumlah narasumber menyatakan bahwa ambruknya plafon tidak dipicu faktor alam. Tidak ada angin kencang, hujan ekstrem, ataupun aktivitas gempa pada saat kejadian. Dengan demikian, kemungkinan penyebab pun mengarah pada dugaan kelalaian teknis, minimnya pengawasan, serta potensi pelanggaran terhadap spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam kontrak.
Salah seorang warga yang berada di lokasi kejadian, sebut saja RL, mengungkapkan bahwa tanda-tanda ketidakwajaran pada konstruksi plafon sebenarnya sudah terlihat sejak awal.
“Coba lihat pemasangan rangka plafonnya. Jarak rangkanya tidak beraturan. Untuk jenis plafon seperti itu, standar jaraknya 40–60 cm, tapi ini banyak yang melewati batas. Beberapa rangkanya juga bengkok. Seharusnya pekerjaan seperti ini dipasang menggunakan benang agar presisi. Dari tampilannya saja sudah kelihatan seperti dikerjakan tanpa pengawasan,” ungkapnya tegas.
RL juga menilai bahwa kejadian berulang seperti ini tidak bisa dianggap sebagai kesalahan biasa.
“Kalau sampai ambruk tiga kali, berarti ada yang betul-betul tidak beres. Ini bukan soal cuaca atau faktor alam, tapi soal kualitas pekerjaan dan kontrol lapangan. Masyarakat punya hak untuk bertanya, karena anggaran yang dipakai itu uang negara,” tambahnya.
Publik pun kini menunggu penjelasan resmi dari pihak konsultan perencana, konsultan pengawas, maupun pelaksana proyek terkait penyebab pasti ambruknya plafon serta langkah perbaikan yang akan diambil. Transparansi sangat diperlukan agar kejadian serupa tidak kembali terjadi.
Sementara Pihak pelaksana proyek telah menegaskan bahwa mereka telah bekerja secara maksimal dalam menyelesaikan rehabilitasi gedung tersebut. ‘Kami sudah berusaha semaksimal mungkin dan bekerja dengan serius. Semua tahapan kami jalankan sesuai petunjuk teknis,’ jelas pelaksana proyek kepada wartawan.
Ia juga menambahkan bahwa pihaknya tidak memiliki niat untuk menurunkan kualitas pekerjaan. ‘Kami tidak mengabaikan mutu" ujarnya
18 Nov 2025
https://www.zonabuser.id
Ketua PTSL BPN Soppeng Beri Penjelasan Resmi Terkait Biaya Operasional di Kelurahan dan Desa
Sertifikat Gratis Dipertanyakan, Warga Akui Dimintai Rp200 sampai 300 Ribu -
https://www.zonabuser.id/2025/11/muncul-dugaan-tarif-di-lapangan.html
Pada Senin, 18 November 2025, pukul 16.58 Wita, media mendatangi Kantor BPN Soppeng dan bertemu langsung dengan Kepala Pengadaan Tanah dan Pengembangan Kantor Pertanahan Soppeng yang juga Ketua PTSL BPN Soppeng, Ashadi, SH, MH.
Dalam pertemuan tersebut, Ketua PTSL memberikan klarifikasi lengkap sambil membacakan regulasi yang menjadi dasar pelaksanaan program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).
Biaya Rp250.000 Bukan Pungutan Liar, Tapi Berdasarkan Perbup
Ketua PTSL menjelaskan bahwa biaya operasional di tingkat kelurahan dan desa sebesar Rp250.000 bukanlah pungutan tambahan atau pungutan liar. Biaya tersebut merupakan ketentuan resmi yang mengacu pada Peraturan Bupati (Perbup) Soppeng Nomor 5 Tahun 2021.
Adapun komponen pembiayaan operasional sebagaimana tercantum pada regulasi tersebut meliputi:
- Biaya penggandaan dokumen pendukung
- Biaya pengangkutan dan pemasangan patok
- Transportasi petugas kelurahan/desa dari kantor kelurahan/desa ke Kantor Pertanahan dalam rangka perbaikan dokumen yang diperlukan
“Biaya operasional Rp250.000 itu bukan pungutan tambahan, tetapi murni mengacu pada Perbup Soppeng Nomor 5 Tahun 2021,” tegas Ketua PTSL BPN Soppeng.
Ia juga menekankan pentingnya masyarakat mengetahui bahwa aturan tersebut dibuat untuk mendukung kelancaran administrasi di tingkat desa maupun kelurahan selama proses PTSL berlangsung.
Transparansi Informasi Diprioritaskan
“Kami ingin masyarakat mendapatkan penjelasan yang benar. Semua aturan PTSL sudah jelas dan tidak ada yang ditutup-tutupi,” jelasnya.
Ketua PTSL juga mengapresiasi peran media yang membuka ruang klarifikasi sehingga tidak terjadi kesalahpahaman di masyarakat.
“Media berperan penting menyampaikan informasi. Kami menghargai setiap upaya klarifikasi agar tidak ada warga yang salah paham,” ujarnya.
Penjelasan Resmi untuk Mencegah Kesimpangsiuran
Dengan adanya penjelasan resmi ini, masyarakat diharapkan semakin memahami bahwa setiap tahapan dan biaya dalam program PTSL di Kabupaten Soppeng memiliki dasar hukum yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan.
Media akan terus mengawal dan menyampaikan informasi secara transparan agar mudah dipahami oleh warga.










FOLLOW THE ZONABUSER.ID | BERITA TERKINI HARI INI AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow ZONABUSER.ID | BERITA TERKINI HARI INI on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram