8 Mei 2025

Kapolri Hadiri Promensisko TPPU & TPPT: Komitmen Perangi Kejahatan Siber

Kapolda Sulsel Tegaskan Netralitas dan Keamanan dalam Deklarasi Kampanye Damai PSU Pilwalkot Palopo 2024.

Survei Indikator: 80,3% Masyarakat Puas, Operasi Ketupat 2025 Disambut Positif
7 Mei 2025

Ketua KPI Pusat: Program Televisi Harus Hadirkan Citra Positif Polri Secara Akurat dan Edukatif

Guru Besar Undip Soroti Pentingnya Strategi Komunikasi Proaktif dalam Meningkatkan Citra Polri di Era Digital
6 Mei 2025

Polri Gelar Operasi Besar untuk Memberantas Premanisme, Jamin Stabilitas Kamtibmas, dan Iklim Investasi

Rakernis Humas Polri 2025 dibuka dengan bakti sosial dan bakti kesehatan di Akpol Semarang.
5 Mei 2025

"Mengapa Merenungkan Diri Itu Penting? Temukan Jawabannya di Sini!"
Duduk merenungi diri untuk berpikir lebih mendalam dalam memahami diri sendiri, pikiran, emosi, dan ingatan. Saat saya duduk sendiri, tiada lain untuk introspeksi diri dan mengenal diri lebih baik dan membangun kepribadian yang lebih baik.
Introspeksi diri adalah proses berpikir analitis untuk memahami diri sendiri, termasuk pikiran, emosi, dan ingatan. Ini adalah proses refleksi yang disengaja untuk memahami diri sendiri secara lebih mendalam.
Merenungkan ciptaan Allah, termasuk diri sendiri, merenungkan janji sama Allah sebagai hamba, kekurangan diri, dan amal yang telah dilakukan.
Dengan merenungi diri, kita dapat memahami diri dengan lebih baik, meningkatkan ketakwaan, dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Juga menumbuhkan kesadaran tentang kekuasaan, kebesaran, dan keagungan Allah dalam setiap ciptaan-Nya.
Pentingnya Waktu Sendiri:
Waktu sendiri juga penting untuk merenungi diri, karena dapat memberikan ruang untuk membebaskan pikiran, memaafkan diri, dan memahami makna hidup.

Dialog Santai bersama Kapolda Sulsel, Bahas Refleksi dan Tantangan Penegakan Hukum
4 Mei 2025

"Menyongsong Keberangkatan: Bupati Soppeng Ingatkan JCH untuk Jaga Nama Baik Daerah"

"Dinas Kesehatan Soppeng Lapor Kondisi Jemaah Haji: 274 Sehat, 2 Dirawat"
3 Mei 2025

Peringati Hari Pendidikan Nasional, Satgas Yonif 715/Mtl Resmikan Rumah Pintar

1 Mei 2025

Transparansi dan Akuntabilitas: Kunci Mengurangi Masalah dalam Pengambilan Keputusan Pemerintahan
Berikut adalah beberapa faktor yang lebih detail:
1. Konflik Internal:
Perbedaan prinsip dan nilai:
Perbedaan pandangan dan cara pandang terhadap nilai-nilai tertentu, terutama terkait tujuan organisasi, dapat menyebabkan konflik.
Kurangnya komunikasi:
Ketidakjelasan dalam komunikasi dan koordinasi antar unit atau departemen dalam pemerintahan dapat menyebabkan masalah.
Kepemimpinan yang kurang efektif:
Kepemimpinan yang tidak adil atau kurang efektif dalam pengambilan keputusan dapat memicu konflik dan ketidakpuasan di kalangan anggota pemerintahan.
Ketidakcocokan peran:
Ketika individu atau kelompok tidak memiliki peran yang jelas atau tidak cocok dengan tugas-tugas yang diberikan, dapat timbul masalah.
2. Kurangnya Transparansi dan Akuntabilitas:
Proses pengambilan keputusan yang tidak transparan:
Kurangnya keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan penggunaan anggaran dapat menimbulkan kecurigaan dan mengurangi kepercayaan publik.
Ketidakjelasan kebijakan:
Kebijakan yang tidak jelas atau tidak terdefinisi dengan baik dapat menimbulkan masalah dalam implementasi dan pengawasan.
Kurangnya akuntabilitas:
Keterlibatan atau responsivitas yang rendah dari aparatur pemerintah terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat dapat menyebabkan ketidakpuasan.
3. Faktor Eksternal:
Partisipasi masyarakat yang rendah:
Kurangnya keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kebijakan dapat menyebabkan kurangnya dukungan dan bahkan penolakan dari masyarakat.
Kekurangan kapasitas institusi:
Kurangnya keterampilan dan pengetahuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program dan kebijakan dapat menjadi kendala besar.
Sikap partikularisme:
Sikap yang lebih mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu dapat menyebabkan korupsi dan ketidakadilan.
4. Faktor Lainnya:
Korupsi:
Korupsi dapat menghambat pembangunan dan mengurangi kualitas pelayanan publik.
Budaya kerja yang tidak efisien:
Budaya kerja yang terlalu kaku dan birokratis dapat menghambat inovasi dan efisiensi.
Pola pikir yang tidak dinamis:
Pola pikir yang terlalu sesuai dengan aturan dan kurang fleksibel dapat menghambat adaptasi terhadap perubahan.
Dengan mengatasi faktor-faktor ini, pemerintahan dapat menjadi lebih efektif, efisien, dan mampu memberikan pelayanan publik yang lebih baiik.

Dihadiri Presiden, Kapolri Pastikan Beri Pengamanan-Pelayanan Terbaik May Day Fiesta

Brimob Polda Metro Sisir Sejumlah Titik Sekitar Komplek DPR/MPR
30 Apr 2025

Pentingnya Seksual: Kesehatan dan Kesejahteraan dalam Kehidupan
Seksualitas adalah topik yang sering kali diabaikan, padahal memiliki peran yang sangat penting dalam kesehatan dan kesejahteraan individu. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa seksual penting dan bagaimana hal itu berkontribusi pada aspek fisik, mental, dan sosial dalam kehidupan kita.
Seksual penting karena merupakan bagian integral dari kesehatan dan kesejahteraan fisik, mental, emosional, dan sosial. Ini juga penting untuk membangun hubungan intim dan keintiman, serta untuk reproduksi dan kesinambungan spesies.
Berikut beberapa alasan mengapa seksual penting:
Kesehatan Fisik:
Hubungan seksual dapat meningkatkan kesehatan jantung, menjaga tekanan darah normal, dan membakar kalori.
Kesehatan Mental:
Hubungan seksual dapat meningkatkan kadar hormon oksitosin yang meningkatkan ikatan dan keintiman, serta mengurangi stres dan kecemasan.
Hubungan Intim:
Seksual penting untuk membangun keintiman dan kedekatan dengan pasangan, yang merupakan bagian penting dari hubungan yang sehat.
Reproduksi:
Seksual adalah bagian penting dari reproduksi, yang merupakan dasar untuk kesinambungan spesies manusia.
Pendidikan:
Pendidikan seksual penting untuk melindungi anak-anak dan remaja dari pelecehan dan kekerasan seksual, serta memberikan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan penyakit menular seksual. **)

Polda Sulsel Siapkan 5.300 Personel Gabungan Amankan Aksi May Day 2025

Jajaran Polres Wajo Menyampaikan Apresiasi Atas Kehadiran Tim dari Biro Rena Polda Sulsel
29 Apr 2025

"Pamali: Antara Kepercayaan dan Realita Sosial"
Kata pamali masih sering kita dengar dari orang tua dimana banyak sekali pantangan atau larangan yang harus kita hindari. Diketahui "Pamali" adalah pantangan atau larangan yang tidak boleh dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja, jika melanggar akan mendatangkan malapetaka. Itu lah yang dipercayai oleh orang tua jaman dulu, bahkan hingga saat ini masih banyak yang menggunakan pamali tersebut
Beberapa Pamali sering didengar teguran orang tua,antaranya
Contoh lain dari pamali yang pernah menjadi larangan bagi anak adalah “Jangan keluar rumah saat maghrib, nanti diculik setan atau makhluk halus.” Memang di Zaman sekarang hal ini sudah tidak berpengaruh, selain karena keadaan lingkungan yang mulai ramai, juga perkembangan teknologi yang semakin maju membuat siapa pun seolah hampir melupakan larangan tersebut.
Walaupun bila dipikirkan memang tidak masuk akal apa-apa yang menjadi pantangan tersebut, namun Sebagian besar dapat dibuktikan, seperti halnya pantang duduk di depan pintu, biasanya orang tua zaman dulu mengatakannya kepada anak-anak gadis, dengan dalih “Nanti jodohnya balik lagi.” Padahal kenyataannya bila dilihat dari segi kesopanan, siapapun yang duduk di pintu telah menghalangi jalan, rasanya tidak sopan sekali mengganggu lalu lalang orang, apalagi bila dilakukan oleh seorang gadis. Maka satu contoh pamali tersebut telah membuat anak gadis sejak kecil untuk menerapkan larangan tersebut, sehingga terbentuk lah karakter kesopanan pada anak.
Bila dipikrkan kembali, keberadaan pamali tidak terlepas dari adat yang telah membudaya, yang berasal jauh dari nenek moyang, sebagai salah satu peraturan dalam menjalani kehidupan, dan masih dipegang teguh oleh Sebagian masyarakat yang mempercayainya, terlepas banyak pula yang sudah tidak mempercayainya. Padahal keberadaannya tidak mengganggu siapa pun, bila ditelaah lebih dalam, ada benarnya perkataan-perkataan yang mengandung larangan dari orang tua zaman dahulu.
Anak-anak yang mendengar kata pamali yang dapat menyebabkan malapetaka akan merasa takut, sehingga dapat membentuk pola fikir agar tidak melanggar orang tua, tanpa disadari anak tersebut akan patuh pada perkataan orang tua, dan dapat membentuk moralitas yang baik hubungan antara anak dan orang tua, antara anak dan lingkungan, antara anak dan Tuhan.
Padahal pada kenyataannya, orangtua pada masa itu melarang anaknya jangan keluar rumah ketika maghrib, karena waktu maghrib adalah pergantian siang dan malam, terlepas dari benar atau tidaknya keberadaan makhluk halus di waktu maghrib itu, orangtua menginginkan agar anaknya berdiam diri di rumah untuk beribadah.
Hal ini dapat membentuk karakteristik anak agar menjadi pribadi yang taat beribadah dan memiliki moralitas baik, serta hubungan yang baik dengan Tuhannya.
Ada banyak sekali larangan atau pamali yang tersebar pada masyarakat kita ini, yang sebetulnya tercipta karena sebab dan akibat. Beberapa lain diantaranya : kalau makan nasi harus dihabiskan, nanti nasinya nangis! Padahal pamali tersebut memiliki sebab akibat, sebagai larangan agar kita menghormati rezeki yang sudah diberikan oleh Tuhan, jangan sampai menyia-nyiakan karena di luar sana, masih banyak sekali orang yang membutuhkan.
Terlepas dari mitos-mitos yang ada, pamali dalam masyarakat sebetulnya memiliki makna penuh dengan kehati-hatian, kewaspadaan, saling menghormati, dan penuh antisipasi yang sesuai dengan waktu dan tempatnya. Pamali yang diturunkan oleh leluhur orang tua dahulu sebenarnya dapat dijelaskan dengan logika, dan berdasarkan hukum sebab-akibat./
FOLLOW THE ZONABUSER.ID | BERITA TERKINI HARI INI AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow ZONABUSER.ID | BERITA TERKINI HARI INI on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram